Pages

Saturday, June 18, 2011

Ayo Belajar dari Alien

Kemarin ada salah satu teman saya yang bertanya,"Kenapa sih loe suka stitch?"
dan itu bukan pertama kalinya saya ditanya seperti itu, bahkan ada teman saya yang bilang, "Stitch kan nyeremin! Koq elu bisa suka sih?"
Mungkin bagi sebagian orang stitch itu bukan tokoh kartun yang lovable.. tapi bagi saya, ada "sesuatu" yang lebih menarik hati dari tokoh stitch dan film "Lilo and Stitch" terlepas dari being cute or adorable..
Sebenernya saya suka stitch memang karena dia menyeramkan dan alien like sih.. hehehe.. I'll explain why :)



Bagi teman-teman yang belum nonton filmnya, saya akan ceritakan dengan singkat :
Ada sepasang kakak-adik di Hawaii, Nani dan Lilo yang orang tuanya sudah meninggal. Mereka hidup pas-pasan dan hal terbaik yang bisa mereka lakukan bersama adalah bertengkar.
Pada saat yang bersamaan, seorang alien ilmuwan menciptakan seorang alien (experiment 626) yang fungsinya hanya satu, yaitu menghancurkan. Experiment 626 ini sebenarnya akan diasingkan ke sebuah planet tak berpenghuni, tapi di tengah jalan, dia kabur.
Nah, si "experiment 626 sampai ke planet bumi dan mendarat di Hawaii. Singkat cerita, Lilo bertemu experiment 626 dan mengira dia itu anjing dan Lilo mengadopsi "anjing" tersebut dan menamakannya "Stitch".Cerita berlanjut dan banyak oknum yang ingin memisahkan mereka: pekerja sosial yang mau mengambil Lilo dari Nani karena Nani dianggap tidak mampu mengurus adiknya; polisi luar angkasa yang mau menangkap stitch sang buronan.. Sampai akhirnya, usaha-usaha untuk memisahkan mereka tergagalkan dan mereka tetap stick together as a family..

Satu tema besar yang saya pelajari dari film "Lilo and Stitch" adalah tentang keluarga.. Di film itu, Lilo beberapa kali menyebutkan kata "Ohana". Ohana means family, family means nobody gets left behind. Or forgotten (Lilo, 2002).
Keluarga tidak akan meninggalkan atau melupakan anggota keluarganya.. Walaupun jelek, menyeramkan, dan diciptakan untuk menghancurkan; Stitch tetep diterima apa adanya oleh Lilo. Lesson #1 : Keluarga saling menerima apa adanya. Sayangnya, dalam kenyataan kehidupan kita, terkadang keluarga justru menjadi tempat di mana tingkat ketidakpuasan terhadap satu sama lain tinggi dan tingkat penerimaan satu sama lain apa adanya rendah. Tak jarang kita membandingkan orangtua kita dengan orangtua orang lain.. Kata-kata seperti, "Kenapa sih gue dapet keluarga kaya gini?!" adalah hal yang sering kita dengar.

Dalam film ini, Stitch pernah bilang,"This is my family. I found it, all on my own. It's little, and broken, but still good. Yeah, still good." Memang keluarga kita bukan keluarga yang sempurna.. Maybe it's a little bit broken.. Banyak kekurangan di sana-sini. Mungkin mama kita tidak seperhatian mama teman kita, papa kita tidak sekaya papa teman kita, cici atau koko kita lebih galak dari cici atau koko teman kita.. Adik kita tidak sepintar adik orang lain.. But it's still good.. Yeah, still good.. Tapi, tetap itulah keluarga terbaik yang Tuhan berikan untuk kita. Terimalah anggota keluarga kita apa adanya seperti kita sendiri juga ingin diterima dan disayangi apa adanya.
Menerima juga berarti membela keluarga kita. Misalnya, saat mungkin ada yang mengejek adik kita,"Ihh.. si gendut, jelek!!" jangan kita ikut-ikutan ngatain. Inget, itu adik kita loh.. Kalau dia jelek, berarti kita juga jelek. Lah wong sumbernya sama :p Dalam contoh ini kita bisa bilang ke adik kita, "kamu ga jelek koq! Pipi chubby kamu itu yang buat kamu makin cute" dan mengingatkan temannya untuk berhenti mengejek.


Lesson #2 : Family brings out the best in each other. Belajar menerima keluarga kita apa adanya adalah sebuah langkah awal yang baik. Tetapi jangan sampai kita berhenti hanya sampai di sana. Saya percaya "there's always room for improvement". Selalu ada hal-hal yang dapat kita tingkatkan dan ubah ke arah yang lebih baik. Di film ini, Lilo tidak berhenti sampai menerima stitch dengan segala ke-alien-annya, tetapi berusaha menjadikan stitch menjadi a model citizen.
Keluarga adalah tempat di mana orang-orang yang bisa melihat hal-hal baik dalam diri satu sama lain dan melihat potensi yang dapat dikembangkan. Hanya keluarga yang tau diri kita, "manis"nya kita maupun "busuk"nya kita. Nah, biarlah dari pengetahuan itu kita saling menajamkan (Amsal 27:17), saling mengingatkan untuk berubah ke arah yang semakin baik.
Jangan sampai kita menyalahartikan poin ini dengan "menuntut" karena seringkali kita menyamarkan "tuntutan-tuntutan" kita kepada keluarga dengan maksud menjadikan mereka lebih baik.
Kita menuntut keluarga kita ketika : (1) kita meminta mereka melakukan hal yang kita anggap baik tetapi belum tentu baik untuk mereka. Contohnya, orangtua yang mau anaknya jadi dokter padahal sang anak punya minat dan bakat di musik. Menjadi dokter adalah suatu hal yang baik, tetapi tidak berarti menjadi dokter adalah hal yang baik untuk sang anak, (2) kita meminta mereka berubah tanpa menjelaskan caranya. "Pokoknya gue mau elu lebih perhatian. Titik!" Seringkali kita mengharapkan keluarga kita bisa langsung tahu apa yang kita mau tanpa kita kasih tahu. "Lah, kan katanya mereka yang paling kenal gue. Harusnya tau donk!" Memang keluarga adalah orang-orang yang sebaiknya paling tahu kita (saya pakai kata "sebaiknya" karena kadang-kadang kenyataan tidak demikian), tetapi mereka bukan pembaca pikiran! Jadi, kalau kita berharap orangtua/suami/istri lebih perhatian, beritahu mereka caranya.. Misalnya, "Aku mau ditelpon lebih sering." atau "Aku mau Aku mau dikirimin bunga donk!" (3) kita memaksa mereka berubah secara instant. Pagi ini baru bilang mau dikiriminin bunga, siangnya uda ngomel, "Mana bunganyaa?!" Sabar, bu.. No telpon tukang bunganya baru dicari.. :p Kita harus ingat kalau perubahan adalah sebuah proses, ada saat-saat gagal, ada saat berhasil.

Hal ketiga yang ingin saya tambahkan terlepas dari film Lilo and Stitch adalah, berdoalah bagi keluarga kita. Saya percaya hanya Tuhan yang bisa menyatukan dan memulihkan sebuah keluarga. Kita bisa meminta keluarga kita berubah ke arah yang lebih baik, tetapi tanpa campur tangan Tuhan, usaha kita sia-sia.

So, mari kita belajar dari kisah alien biru menakutkan ini  dengan mulai menerima keluarga kita apa adanya dan membantu mereka berkembang ke arah yang lebih baik :)

After all, stitch tidak semenyeramkan yang teman-teman kira, kan? ;)


Photobucket
~family comes first~

7 thoughts from friends:

Anita said...

thx a lot, Be :)
iya, gue jg masih belajar tau utk ngomong.. hehe.. thx 2 you yg uda nge-gojlok gw supaya lebih berani ngomong, ngomong, en ngomong.. hehe..

Amiin.. same wishes 4 u! :D

Anonymous said...

Aniet.. Like this nih..
G setuju.. Keluarga itu memang bagian paling penting. sejelek2nya keluarga kita, sesulit apapun menyamakan pemikiran kita ama keluarga kita, tp kita ttp harus menerima mereka apa adanya dan bisa ngertiin mereka.
Mantap dah nit..

Btw.. stitch lucu kok.. ga serem.. ^^

Anita said...

@dewi: thx, wi.. :) iyaa.. walaupun makan ati, tetep mereka bagian yang tak terlepas dari hidup kita.. iya.. gw tau koq gw uda 'men-stitchy' lo smua terutama angel :p

Stephanie Gunawan said...

Ooohh jadi gitu tooohh kenapa lu suka sama stitch!!! Ternyata membawa pelajaran yg dalem buat elu. Gw sepanjang nonton film uda defensif duluan. Udah kesel. Ni kartun, tapi kok serem?! Hahah akhirnya gak suka Stitch. Stlh baca post lo, iyahh Stitch gak seserem itu.. hehehe thanks nit!! Great writing! :)

Stephanie Gunawan said...

Nit, pasang 'share button' dr blogger.. ada di bagian design, edit post.. ato pasang 'FB like button'. So, it's easy for readers to share your writing. Hehehe

Anita said...

@tepgun: iyaa.. makanya gw sangat suka stitch karna semakin serem stitch, semakin terlihat amazing penerimaan dr lilo-nya.. hehe..
sm2, gugun.. asiikk, stitch uda ga serem buat lo :D hihi.. ok2 gw akan add share button-nya :D thx 4 the suggestion :)

Anonymous said...

Niet... love love this! ;) abis baca ini, jd ambil waktu u/ merenung... ttg "Ohana".
keep writing ya Niet ^^

Post a Comment

Leave your mark here :